ILDKB so, ukhuwah
banget.
Tak
sampai situ saja, UKI bergerak, organisasi islam ini juga mengikuti musyawarah
kerja nasional – musykernas se-Indonesia dengan nama Ikatan Lembaga Dakwah
Kampus berbasis Budaya atau biasa disingkat dengan ILDKB.
Awal
yang bagus untuk membuka jaringan secara luas. Mba Azimah, ketua UKI di masa
itu, mencoba membuka pendaftaran siapa saja yang akan ikut mewakili UKI Ilbud
ini dalam ILDKB tersebut. Tadinya belum siap dengan ini semua, tapi budget dari
bidikmisi telah cair. Apa salahnya untuk melepas penat dan tilik kampus,
istilah yang kugunakan dalam pengunjungan ke UNNES kali ini.
Syeila,
Rose, Aas juga ikut, tentunya mba Azimah sang leader perjalanan ini ikutan
dong. Masa kita yang baru-baru ini dibiarkan merantau sendiri di daerah orang.
Kita mau komunikasi sama sapa coba, hahay.
Kebetulan
mba Azimah tampak repot di musyker kammi yang juga sedang diadakan di balai
kelurahan Karangwangkal, dekat kampus. Ini lagi, masa-masanya organisasi atau
UKM-UKM sedang melakukan rapat besar-besaran, musyker atau musyawarah kerja
untuk proker-proker yang akan dikerjakan pada periode selanjutnya.
Aku juga
anak kammi, tapi lumayan baru, untuk mau berlama-lama mendengarkan
musyawarah-musyawarah tersebut. Sehingga dengan senang hati, aku dan Rose yang
mengurus pembelian tiket ke Semarang nanti.
“Mba
Azim, lagi ramai ya di dalam. Ini, Cuma minta KTP atau KTM, terus sama
budgetnya buat tiket pulang pergi Purwokerto-Semarang-Purwokerto.” pelanku,
membuat yang di dalam nampak kepo dengan pembicaraan kami.
Kemudian,
dia menyerahkan semua yang aku jabarkan tadi. Dan untuk menghentikan kekepoan mereka,
aku dan Rose pun pamit diri untuk segera ke stasiun.
Di sana
kami menjembreng KTP-KTP yang akan didaftarkan dalam pembelian tiket ini.
Kemudian menulis satu demi satu lima orang yang terjembreng itu. Dengan
senangnya, kami mendapatkan kursi di tempat yang sama. Dan tak ku tahu kenapa,
aku mendapat kabar, dua ikhwan lainnya, ingin ikut bergabung dengan kita.
Haduh, ke stasiun lagi, mengurus Ridwan dan Faizin, yang dengan sukarela
mengawal kami sampai ke daerah banjir tersebut.
***
Mengemat
waktu, aku sudah bersiap akan diantar Abah ke stasiun. Dalam perjalanan,
terdengar kabar, satu ikhwan itu belum ada yang mengantarkan. Entah, inisiatif
Faizin sendiri, atau ada tawaran dari Dede, teman perempuan sasindo, akhirnya
Faizin pun bisa sampai ke stasiun tepat waktu.
Huh,
sampai semua. Ku dapati mba Azimah, Syeila, Aas, dan Rose sudah menunggu kami
di kursi tunggu. Dan datanglah Ridwan dan Faizin. Aku sedikit kaget, “Loh, Dede
yang antar Izin?” buncahku melepas penasaran. Mereka mengangguk dan mesem-mesem
tanda ampun tidak diapa-apakan oleh anak UKI. Ya, memang tak apa, hanya
mengantar saja kan?
Lengkap
bertujuh, tiket juga sudah dibagikan satu-satu. Kemudian kami beraksi segera
mencari gerbong yang dituju, tiga untuk angka yang tertera pada gerbong, dan
kursi delapan belas, untuk kursi untuk lima orang akhwat yang akan menyatu ini.
Dan terbagi dua kursi untuk Ridwan dan Faizin. Faizin berada dekat dengan kursi
kami, namun, Ridwan terlempar pada gerbong yang lain. Hahay, belajar mandiri
ya. Haha.
Kami
sudah mengambil posisi PeWe masing-masing. Kemudian tak ada satu pun yang
berbicara kala magrib itu datang kepada kami. Kami seakan serempak membaca
al-matsurat dan al-qur’an serempak di dalam setasiun. Serempak membaca dalam
hati maksudnya. Nanti ganggu kalau baca bareng-bareng, hehe, bisa-bisa kena
omel, atau macam lainnya.
Setelah itu melempar candaan khas anak-anak UKI, “Eh,
ukhti-ukhti, pop mie ga lewat-lewat ya ..” kataku, sedari tadi cacing-cacing
dalam perut ini mulai demo minta makan. Yang lewat sana-sini Cuma teriak, “Kopi
panas-kopi panas.” Dan pop mie nya kapan. Hahay, ternyata tidak hanya aku saja
yang mengalami demo cacing ini, yang lain juga, “Iya nih, mana pop mie- mana
pop mie?” gurau kami lagi, sambil membayangkan ada pelayan pop mie lewat dan
memberikan pop mie itu pada kami. Tapi, lama kami menginginkan pop mie tak
kunjung yang ditunggu itu datang.
Sampa
lima jam perjalanan Purwokerto-Semarang, dan tepat tengah malam, jam satu dini
hari kami sampai di stasiun Tawangmangu. “Nanti temen-temen UNNES ada yang
jemput, ni kata mereka lagi dalam perjalan.” tenang mba Azimah. Dibalut demo
cacing sedari tadi. Kami langsung protes, “Tadi kenapa pop mie ga lewat-lewat
ya ..”
Hahay,
ga konsen karena memang kalau orang dimintai haknya dengan demo-demo semacam
ini, tidak enak ya. Apalagi presiden Jokowi yang setiap saat menuai demo dari
para demonstran. Pasti lah, tak nyaman hati. Adakah cara lain yang lebih nyaman
daripada mendemo, para mahasiswa? Hahay, aku tak sadar aku dimana.
Mondar-mandir seorang pemuda membawa
helm di tangannya nampak mencari-cari orang yang ada di stasiun. Kami tahu, dan
kami memperhatikan mondar-mandirnya pemuda itu. Dia juga memakai jaket muslim
negarawan, khas kammi yang sedari tadi memang mondar-madir. Kami yang
penasaran, dia kah, teman UNNES yang akan menjemput kami pun hanya mengemat pemuda
itu saja. Tanpa
menegur takut dia salah orang.
Ridwan
dan Faizin asyik sendiri pergi entah kemana, eh, tau-taunya mereka datang
dengan membawa dua pop mie, “Uileh, kita lagi kruyukan. Kalian tepat banget
datengnya.” Tapi sang pemuda yang sedari tadi mondar-mandir itu seakan
menemukan kami yang memperhatikan. Dan menemui kami, serambi bertanya, “Ini
rombongan Unsoed?” sopannya. Dibalas ya secara serempak dan sumringah karena
dia berhasil menemukan kami, hahay.
Tak
sempat makan pop mie, Izin dan Ridwan pun langsung ikut membonceng motor dengan
pemuda dan temannya itu. Kami yang akhwat diantar menggunakan mobil oleh ikhwan
yang lain, plus didalamnya juga ada akhwat UNNES yang menjemput kami. Sampai di
mess atau penginapannya anak UNNES. Kami ditempatkan di dua kamar yang
terpisah. Aku, Rose, Syeila satu kamar. Mba Azimah dan Aas di kamar yang lain.
Huh, sampai, kami merebah lelah. Kemudian tragedi pop mie itu pun, sampai juga
di Semarang.
Hmmmh,
terhirup oleh hidung kami, aroma yang sedari tadi ingin kami santap. Tapi lama
menunggu di kereta, tak kunjung lewat yang diinginkan. Kemudian ketika kami
diijinkan akan menyantap pop mie milik dua ikhwan kece itu, tak disangka yang
sedang mencari kami pun menemukan kami yang mengemat-emat dirinya sedari tadi.
Huh, gagal niat kami mendiamkan protesan masal dari sang pendemo perut ini. Dan
di kamar sebelah, dalam mess kami, terhirup aroma itu, dan kesalnya, kami tak
berani satu pun untuk meminta dan memebuhi keinginan si cacing ini. Dan sampai
nanti matahari terbit dari timur, kami siap memburu, “POP MIE.”
“Nanti
setelah sarapan akan ada anak UNNES yang bakal jemput ya.” Ingatkan kawan baru
kami, mba Yanti, kawan UNNES yang memang terlihat ramah dan enak diajak
bercandaan. Kawan yang lain, dari UGM, UNS, UNY, UB, UNDIP, sampai dari
Universitas Padang pun ada dalam musykernas ILDKB ini. Hahay, tak kira,
nasional ini memang kumpulan orang, mungkin tambah kawan lain daerah, akan
memudahkan kita dalam mencari tumpangan jika kita berkepentingan di daerah
kawan kita, hahay.
And
than, sampai di Fakultas Bahasa dan Seni – FBS nya UNNES. Kami segera digiring
ke aulanya FBS, dan duduk mendengarkan seminar hari pertama.
Nampak semangat dibuka dengan lantunan ayat
qur’an yang menggema dengan apiknya. Ee buset, subhanallah, pelantun qur’an itu
ternyata anak yatim piatu yang masih kelas tiga dan dia berhasil menghafal
seluruh isi qur’an beserta artinya. Subhanallah, makin jadi tamparan ya buat
kita-kita yang sibuk menggemakan, “Untuk umat, untuk umat.” Namun tidak sama
sekali memikirkan memberikan mahkota dan singgasana emas untuk kedua orangtua
di akhirat nanti. Astagfirulloh.
Dilanjutkan
seminar motivasi dari Pak Shol, yang punya buku zero to hero, deadline your
life, dan masih banyak lagi seri motivasi keluaran alumnus UNNES ini. And than,
ya si, tergerak hatinya saat mengikuti motivasi, but, loyo setelah sang
motivator itu melenggang jauh meninggalkan aula. Haha, motivasi itu dari diri
sendiri, pasti tergerak sendiri untuk melakukan kehendak hati, so, motivasi
diri sendiri menuju
hal yang positif.
Ditutup
dengan teater kolaborasi berbagai UKM yang ikut andil dalam penyambutan kami.
Dan kemudian, pulang ke mess dan istirahat. Bersiap untuk berpusing-pusing ria
dalam musyawarah kerja nasional ILDKB esok hari.
“Oh,
okay, gini saja, besok temen-teman akan kita ajak jalan-jalan. Kalau memang
mobilnya tidak bisa. Nyante saja, yang penting acara tetap berjalan lancar.”
Terdengar suara akhwat sholi itu tengah berbicara di telpon. Rupanya ada satu
kendala yang membuat para panitia UNNES itu memutar cara dan mendapatkan
hasilnya. Beres.
***
Tiga
dini hari itu, kami dibangunkan untuk bergunduh-gunduh rasa. Untuk
mengungkapkan sebenarnya apa sih, permasalahan yang dialami oleh lembaga dakwah
di kampus masing-masing peserta ILDKB. Dan berusaha bersama memecahkan masalah
tersebut.
UGM
memulai, “Iya, kalau di UGM sendiri, susah untuk memasuki dakwah. Pertama, kita
sulit berdamai dengan anak-anak UGM pada umumnya. Tau sendiri kan FBS nya UGM,
di kampus tengah malam pada genjreng-genjreng sambil pada bawa ciu, nah,
paginya pasti botol-botol mereka berserakan di kampus, itu yang buat susah
untuk amar ma’ruf nahi munkar di UGM.
Ditambah
lagi kita anak-anak Rohis UGM, susah banget buat masuk ke politiknya BEM di
UGM, ya orang-orang seperti itu lah, yang punya visi yang sama dengan mereka,
yang mereka rekrut dalam BEM tersebut. Contoh kecilnya aja, saat oprek panitia
ospek, kita udah daftar, dan setelah dilihat riwayat organisasinya Rohis UGM,
langsung ga ada yang lolos satu pun jadi panitia ospek.” Terangnya membuat kami
yang baru saja merintis dakwah di FIB Unsoed itu pun tak habis pikir, susahnya
akan seperti itu.
Tak ada
masalah rohis di UB dan UNS, hanya saja ketika kami ditanyakan masalah kami,
aku segera menceritakan, “Ya itu, masalah kami itu pengkaderan. Merekrut
ikhwannya itu susah banget. Dan sampai saat ini ketua UKI FIB itu perempuan.
Dan alhamdulillah, dengan usaha keras akhwat FIB, kita mendapat sambutan dari
empat ikhwan yang mau bergabung membela agama Allah ini.
Terus,
respon dari anak-anak yang kommen kerudung anak-anak UKI lebar-lebar ya .. nah,
si Syeila ini, melakukan inovasi, biar pun kerudungnya lebar tapi masih dimodel
mengikuti gaya kekinian, terus aku mah langsungan aja yang pantas menutup dada,
ga ribet dan ga terlalu menjulur .. itu aja si.”
“Wah,
berat ya di UGM .. disabarin aja, dan ketika di dalam sudah kuat dan hatinya
sama-sama menyatu, tunggu saja pasti Allah akan membantu. Terus yang buat
Unsoed, jangan patah semangat. Masuk ke lini politik kampus, biar UKI FIB bisa
menjadi meraknya UKI untuk menarik anak-anak FIB yang ada di sana.” Huh, Cuma
gitu, kommen dari mediator. But, alhamdulillah dini hari itu, kami lanjutkan
untuk istirahat ria lagi.
Eits,
kebiasaan mabit anak UKI pasti qiel bareng, maksudnya qiamul lail bareng,
tahujatan bersama.
***
Esoknya
benar kiranya. Matahari menyinarkan vitamin penguatan. Kami akan berjalan-jalan
ria, melihat pemandangan yang ada. Yeyey, sudah bersih, kece dan cantik. Cus,
kita jalan-jalan.
Melewati
rumah-rumah warga yang berada di sekitar UNNES. Kemudian berselfie ria
mengabadikan sebuah kesenangan baru. Terus berjalan, sambil bercanda ria. Dan
perlahan, keringat-keringat yang mungkin kalau dirasa rasanya asin, hehe. Coba
kali kalau ga asin, katanya mau meninggal. Hahay, percaya mitos aja, oh NO!
Hehe.
Kemudian
melewati kampus ekonominya UNNES, yang kalian tahu, terdapat usaha-usaha milik
mahasiswa, berupa butik, kemudian minimarket, dan lain sebagainya, yang
merupakan bukti praktiknya anak ekonomi. Nah, Unsoed, lumayan lah sudah ada
Bursa Kampus, milik anak ekonomi dan bisnis yang memang dilatih untuk
mengembangkan usaha di sana.
And
than, berjalan terus sampai menemui masjid besarnya UNNES, masjid yang menjadi
bangunan selamat datangnya kampus UNNES. Subhanallah, bangunan selamat
datangnya saja, masjid sebagus ini, bagaimana isi dari mata kuliahnya ya,
semoga tak melancong jauh dari bangunan selamat datang ini.
Kami
segera digiring untuk menuju aulanya anak teknik. Dan subhanallah lagi motivasi
di bawah kata-kata fakultas teknik itu, Sciene
without Religion is blind, Religion without sciene is lame.
Sains
tanpa agama itu buta, agama tanpa sains itu tak bisa dibuktikan. Jadi keduanya
adalah harmoni. Dan saling melengkapi satu sama lain. Wah, jadi pengin melahap
lagi isi al-qur’an dan menghubungkannya dengan sains atau kejadian real
sekitar.
Sesampai
di sana. Sudah disambut dengan senyum ramah yang mengembang. Kemudian
berbanyol-banyol ria untuk menuju agenda yang lebih serius lagi. Pemanasan.
Masuk ke agenda awal adalah pemilihan presidium untuk memimpin jalannya
musykernas. Yap, yap, yap .. tentunya perwakilan dari UNNES ada yang mewakili,
kemudian ditunjuk dari Unsoed, dan terakhir ketua ILDKB nya sendiri, yang
menegerti seluk beluk ILDKB akan dibawa kemana.
Biasa, dimana-mana,
di organisasi mana pun pasti yang dibahas pertama adalah Undang-undang
organisasi, tata tertib, dan baru program kerja yang akan dilaksanakan. Yap,
silakan lah yang suka berargumen ria, saya mah tak mengerti tentang urusan
begituan. Saya hanya tahu EYD yang baik dan benar, ya mungkin seputar itu yang
bisa saya luruskan. Hahay, ga enak banget ya, pakai saya-saya an biasanya juga
pakai aku, hehe.
And
the last agenda, setelah berpusing-pusing ria membenahi kata yang ada dalam UU,
tata tertib dan proker yang di save pada kopdar selanjutnya. Kami pun di ajak
untuk mengelilingi UNNES dan bercengkrama dengan anak UNNES tersebut. Mantap.
Berselfie ria yang hasilnya tak ku kira, anak ILDKB ternyata cantik-cantik.
Hahay.
***
Sudah
dua hari, kami berada di UNNES. Dan hari ketiga ini sebenarnya tak banyak
agenda yang akan kami kerjakan. Karena pembahasan tentang musykernas juga sudah
akan pada prokernya, dan dalam pertemuan berikutnya atau kopdar – kopi darat di
UNS dibahas proker ILDKB selanjutnya.
Huh,
cape nian. Tapi, not .. untuk hari terakhir. Waktunya kami untuk berwisata ria
ke lawang sewu. Oh, know, tau kah kalian. Ternyata lawang sewu itu bekas
stasiun belanda yang super keren arsitekturnya. Dengan perancangan bangunan
yang tahan debit air berlebih. Sampai pendingin yang dibuat sealami mungkin,
tanpa AC atau sudah adem untuk ukuran kota Semarang. Wah, tau kan, Semarang
kaya gimana, puanase poll. Tapi di lawang sewu, terasa dingin.
Bersamaan
dengan wisata itu, bersamaan pula, anak-anak Unnes ILDKB mengantar kami untuk
menuju terminal dan stasiun. Tapi perkiraan mereka salah, kami tidak pulang
sedini itu. Tertera pukul lima sore, kereta yang kami pesan. And than, anak
Univ lain udah pada pulang. Tinggal Unsoed sendiri yang kembali lagi ke Unnes.
Tapi, tak masalah. Serambi menunggu kami seperti dibelikan makanan oleh
anak-anak UNNES,
“Eh, ga enak ni .. ini kan ga termasuk anggaran. Aduh,
udah dipesenin semua lagi. Gimana ni, ga enak nolaknya. Kalau mereka yang
bayarin ya tekor kas mereka. Kita juga tahu gimana kempisnya kas organisasi.”
Curah mba Azimah bisik-bisik. Takut, anak UNNES nya denger.
“Ya udah, iuran aja, pakai uang siapa dulu, yang
kebetulan bawa banyak. Diem-diem kita pesenin juga ke mereka makanan, sekaligus
kita bayarin semua. Gimana?” usul Rose yang memang dia lah orang yang membawa
uang lebih itu. Semua setuju sambil berbisik, agar skenario ini bisa berjalan
dengan baik. Haha, kaya apa aja.
Setelah drama itu berjalan dengan apiknya. Wah, kaya apa
aja. Ukhuwah ini terbina dengan sangat indah. Mereka yang sudah ketar-ketir
akan makanan kami yang bejibun, ditambah lagi kami memesankan makanan untuk
mereka. Wah, mungkin bonjrot-bonjrot.
Kami tak sedikitpun memberi tahu mereka bahwa pesanan
sudah dibayar semua. Segera kami meminta untuk dipesankan taksi. Dan tepat
sekali, taksi itu datang ketika kami selesai makan, dan pesanan mereka baru
datang. Kami pun berpamit ria, saling melepas kawan. Dan langsung menuju ke
stasiun. Tak lama kemudian sebuah message masuk ke ponsel mba Azimah,
Subhanallah, ukhti. Kami tidak mengira akan ditraktir seperti ini. Padahal
sebelumnya kami yang berniat akan mentraktir semua, tapi malah ukhti-ukhti ini
yang menaktir kami. Terima kasih ya, ukh. Semoga menjadi amal jahriyyah dan
mengikat silaturahmi kita. Salam ukhuwah, ILDKB UNNES
Subhanallah juga, wah, ukhuwah ini makin mengingatkanku
untuk banyak bersilaturahmi. Tuhan menciptakan bermilyar-milyar orang. Masa
kita yang juga ciptaannya tak bertegur sapa, hehe, intropeksi aja. Pulang.
Dan tak
terasa ya, udah mau UAS aja dan naik ke semester berikutnya. Okay, cerita kali
ini cukup sekian dulu ya. Bakal ada cerita-cerita yang mesti kalian kepo ini,
di novel KEPO KAMPUS. Dadadahhh ..
Terima
kasih telah membaca, telas.